Bismilahirrohmannirrohim

Semoga selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat

Kamis, 15 September 2011

Jembatan


Jembatan
Minggu, 16 Desember 2007 12:00 WIB
4323 Dibaca
Tools Box
Jembatan Saya baru pulang dari Rumah Sakit Siloam, Karawaci bukan karena sakit tapi menjemput Ibu Jumiati. Hari ini dia diijinkan pulang setelah sembilan hari dirawat secara intensif. Ada perasaan haru bercampur bahagia ketika melihat Ibu Jumiati tampak ceria. Begitu juga wajah cerah dan senyum di wajah Pak Mahmud, sang suami. Anda tentu masih ingat Pak Mahmud, kepala sekolah yang mencari tambahan nafkah dengan menjadi pemulung.
Kasus Pak Mahmud menjadi perhatian banyak orang ketika kisahnya diangkat dalam film dokumenter 'Kepala Sekolahku Pemulung'. Film ini menjadi film dokumenter terbaik sekaligus menyabet penghargaan film favorit dalam kompetisi film dokumenter Eagle Award yang diselenggarakan Metro TV. Penonton yang menyaksikan kisah Pak Mahmud terpana dan tidak percaya pada apa yang mereka lihat.
Bagaimana mungkin seorang guru, yang merangkap kepala sekolah, mencari tambahan uang dengan mengais-ngais sampah? Kick Andy kemudian memutuskan untuk mengangkat kisah Pak Mahmud sebagai topik. Bersama seorang guru yang mengajar di pelosok dusun di Muara Enim, Pak Mahmud menceritakan perjalanan hidupnya. Termasuk suka duka menjadi guru yang pemulung.
Ketika tampil di film 'Kepala Sekolahku Pemulung', terungkap bahwa istri Pak Mahmud menderita tumor otak. Karena tidak sanggup membiayai operasi di rumah sakit, mereka memilih 'pengobatan alternatif' yang relatif murah. Waktu terus berjalan. Namun kondisi Ibu jumiati bukannya semakin baik, tumor di otaknya kian membesar dan mulai merusak saraf mata.
Ketika tampil di Kick Andy, Ibu Jumiati sudah dalam kondisi nyaris tidak bisa melihat. Selain nyeri di kepala yang semakin menjadi-jadi, Ibu Jumiati terancam buta total. Tuhan maha besar. Pada saat rekaman di studio, salah seorang pengurus Yayasan Otak Indonesia, juga hadir menonton.
Begitu melihat kondisi Ibu Jumiati, dia lalu mengirim sms. Isinya meminta agar Ibu Jumiati segera diperiksa di rumah sakit. Jika tumor di otak tersebut masih bisa dioperasi dan ada harapan sembuh, pihak yayasan siap membantu. Saya sungguh terharu.
Selama ini saya memang terlibat dalam aktivitas di Yayasan Otak Indonesia. Kami sudah sering membantu orang-orang tidak mampu, terutama anak-anak, yang mengalami masalah dengan otak. Saya tahu persis untuk operasi semacam itu membutuhkan biaya yang besar. Karena itu yayasan sangat selektif.
Pada saat episode Kick Andy tentang kepala sekolah pemulung ini ditayangkan di Metro TV, dr Eka, ahli bedah syaraf kenamaan, yang juga pendiri Yayasan Otak Indonesia, mengirim SMS ke saya. Dia meminta agar Ibu Jumiati bisa segera diperiksa. Dia juga menyatakan kesiapannya, bersama tim dokter, untuk melakukan operasi jika dibutuhkan.
Saya sangat bersemangat. Tim Kick Andy segera membawa Ibu Jumiati ke RS Siloam. Hasil pemeriksaan, tumor di otak Ibu Jumiati tidak ganas tapi jika dibiarkan akan mengancam penglihatan ibu dua anak ini.
Maka para dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Maka operasi pun dilaksanakan. Hampir 12 jam tim dokter yang dipimpin langsung oleh dokter Eka berusaha mengangkat tumor dari kepala Ibu Jumiati. Menurut dokter Eka, operasi tersebut merupakan salah satu yang paling sulit dan memakan waktu paling lama yang pernah dia tangani. Operasi akhirnya berjalan lancar. Sukses.
Setelah sembilan hari dirawat, Ibu Jumiati diperbolehkan pulang. Semua bahagia. ibu Jumiati bahagia. Pak Mahmud ceria. Para dokter juga sumringah. Saya terlebih lagi. Tidak pernah terbayang sebelumnya Kick Andy bisa berperan sebagai jembatan bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan. Sebuah jembatan yang mempertemukan orang-orang yang terketuk hatinya dan saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan.
Siapa bilang masyarakat kita sudah 'tidak punya hati'. Sudah apatis dan tidak perduli pada sesama? Pengalaman saya selama di Kick Andy membuktikan sebaliknya. Hampir dalam setiap topik yang menampilkan saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan, respon yang saya terima sungguh mengharukan.
Ketika kami membuka rekening untuk membantu para guru yang tampil di Kick Andy, termasuk kepala sekolah pemulung, respon yang masuk sungguh tak terduga. Bukan jumlah uang yang menjadi perhatian saya, tapi jumlah orang yang terketuk hatinya yang membuat saya terharu. Berapapun jumlah yang Anda berikan, kepedulian Anda memberikan harapan. Harapan bahwa masih banyak di antara kita yang masih punya hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar