Bismilahirrohmannirrohim

Semoga selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat

Kamis, 15 September 2011

Dermawan


 Dermawan
(dikutip dari buku "
Kisah-Kasih Spiritual -  Wisnu Prakasa")
Mr. X, merupakan salah seorang yang sering meminta petunjuk dari Bunda Mulia. Pada suatu hari dia datang menghadap. Tampak sedikit perbedaan di raut wajahnya pada kedatangannya kali ini, dimana wajah Mr. X tampak lebih berseri-seri dibanding waktu-waktu sebelumnya.

Kemudian dirinya mulai menjelaskan bahwa kedatangannya kali dengan niat tulus ingin menyumbang sebagian hartanya sebagai tanda terima kasih atas berkah dan bantuan Bunda Mulia. Dia menawarkan untuk membangun sebuah Vihara Bunda Mulia sebagai tanda terima kasih kepada Bunda Mulia. Selama ini dirinya merasa telah banyak mendapatkan berbagai bantuan dan berkah yang tidak terhingga dari Bunda Mulia.

Dia menjelaskan dengan panjang tentang maksud baiknya untuk membangun vihara Bunda Mulia pertama di Indonesia. Mr. X menginginkan vihara ini dapat menjadi pusat kegiatan dharma Bunda Mulia di Indonesia. Mr. X menerangkan bahwa viharanya harus cukup besar. Ia memberikan kebebasan kepada saya untuk mencari lokasi yang sesuai.

Setelah mendengarkan seluruh keterangan niat baiknya, lalu saya memohon petunjuk dari Bunda Mulia akan niat baik Mr. X. Setelah beberapa saat menerima gambaran petunjuk dari Bunda Mulia, saya lalu menanyakan kepadanya.

“Bilamana nanti Vihara Bunda Mulia telah berdiri, apakah anda tidak keberatan bila saya melimpahkanya sepenuhnya kepada umat lain untuk mengurusnya ?” tanya saya.

“Mohon kiranya Vihara Bunda Mulia dapat di pimpin langsung oleh.. “ katanya.

“Kalau demikian, bilamana nanti Vihara Bunda Mulia telah berdiri. Apakah anda tidak keberatan bila saya hanya mengizinkan anda mengunjungi saya secara pribadi paling banyak setahun 2 kali saja, selebihnya hanya dalam puja bhakti bersama?” tanya saya lagi untuk kedua kalinya.

“Kenapa saya hanya diperbolehkan bertemu 2 kali saja ? “ ungkapnya dengan berat.

“Mohon maaf, bukannya saya menolak ketulusan anda untuk membantu berkembangnya ajaran Dharma Bunda Mulia, saya hanya mengikuti petunjuk Bunda Mulia. Lebih baik tidak membicarakan tentang ini lagi.” Kata saya.

“Terima kasih.” ungkapnya dengan nada semakin melemah, menandakan kekecewaannya yang mendalam.

Kejadiaan ini sangatlah mengecewakan Mr. X, tetapi saya sebagai pewaris ajaran Bunda Mulia. Tidak pernah berniat untuk menghambat ataupun menolak kebaikan dan pemberian para mahluk sebagai tanda rasa syukur dan terima kasih kepada Bunda Mulia. Semua apa yang dipersembahkan oleh umat kepada Bunda Mulia akan saya terima dengan baik bilamana persembahannya dapat bermanfaat bagi dirinya dan bagi para mahluk lain.

Tetapi bilamana persembahan yang diberikannya hanya akan menjadi karma penghalang bagi para donatur tersebut, maka saya akan menolaknya. Saya selalu berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menambah karma penghalang bagi para donatur yang telah merelakan waktu, tenaga dan hartanya. Mohon maaf atas penolakan saya, semua ini saya lakukan demi kebaikan mereka dan mahluk lainnya.

Selain itu saya juga banyak mendengar banyaknya cerita tentang dana donatur yang di pergunakan secara pribadi oleh beberapa oknum pengurus vihara tertentu. Sehingga para donatur menjadi segan untuk menyumbang kembali di vihara tersebut. Semua ini memang hak dari para donatur untuk memutuskan vihara mana yang pantas di sumbang, tetapi saya hanya ingin memberikan penjelaskan sedikit tentang makna dari berdana.

Bilamana kita telah berdana, janganlah kita berpikir terlalu jauh lagi tentang dana tersebut. Sejak kecil kita telah banyak mendengar pepatah: “Menyumbang dengan tangan kanan, sebaiknya tangan kiri tidak perlu mengetahui.”

Atas petunjuk Bunda Mulia, walaupun kita mendengar dari luar bahwa sumbangan kita dipergunakan untuk hal lain, atau tidak di pergunakan sebagaimana mestinya. Para donatur janganlah kecewa, karena Bunda Mulia memberikan petunjuk bahwa segala hal dan karma baik yang kita perbuat tidak akan berkurang sedikitpun.

Dan bilamana apa yang kita dengar tentang mereka belum tentu kebenarannya, tetapi kita telah mempercayainya. Akhirnya kita telah menciptakan karma penghalang baru dalam diri kita sendiri. Akhirnya akan sia-sia makna dari sumbangan yang telah kita berikan.

Bilamana mereka telah melakukan perbuatan tercela, mereka akan menanggung karmanya sendiri. Janganlah kita turut mencela, ataupun harus merasa kecewa karena sumbangan yang kita berikan telah di salah gunakan. Kekecewaan ini dapat menimbulkan karma penghalang lainnya, sehingga selanjutnya kita selalu merasa curiga setiap kali kita ingin beramal.

Kecurigaan yang timbul dapat membuat diri kita sulit untuk mengiklaskan apa yang telah kita berikan, sehingga secara tidak sadar kita telah menutup karma baik dan membangkitkan karma penghalang. Dampak ini yang kadang tidak lagi disadari oleh kita, karena rasa kecewa tersebut sebenarnya telah memperdaya kita selamanya.

Bagi mereka yang mempunyai pandangan hanya untuk mengharapkan timbal-balik dalam memberikan sumbangan. Saya hanya dapat berkata, “Kekecewaanlah yang akan dipetiknya.” Semakin besar persermbahannya, semakin besar pula pengharapan akan timbal-baliknya, maka semakin besar pula kekecewaan yang akan didapatnya.

Belajar untuk merelakan seperti halnya kita memberikan uang kecil kepada para pengemis. Kita dapat dengan iklas memberikan uang kecil kepada para pengemis, karena hal ini telah menjadi kebiasaan kita untuk tidak memikirkan kembali timbal baliknya. Kita iklas memberikan kepada para pengemis, karena kita telah dapat menerima untuk tidak mengharapkan timbal-balik dari pengemis tersebut.

Bagi mereka yang selalu terhalang oleh timbulnya perasaan tidak rela untuk berdana, sebaiknya belajar berdana dari jumlah kecil. Bilamana dapat terbiasa berdana dari jumlah kecil, maka selanjutnya tentu lebih mudah untuk berdana dan merelakan berapapun yang memang pantas disumbangkan tanpa mengharapkan timbal-balik. Bilamana telah dapat melaksanakannya dengan iklas dan tampa pamrih, berarti kita telah berlatih untuk lepas dari ego dan keterikatan akan materi.

Berlatih berdana mempunyai dampak yang besar pada pengembangan bodhicita. Mereka yang mempunyai bodhicita yang tinggi, tentunya mempunyai Cinta Kasih yang besar terhadap mahluk lain. Bersyukurlah mereka yang diberkati memiliki materi yang lebih, karena mereka telah diberikan kesempatan untuk mengembangkan rasa Cinta Kasih terhadap mahluk lain.
Mereka yang memiliki materi yang lebih berarti mereka telah memiliki bibit karma baik. Bila mereka menyumbangkan untuk membantu mahluk lainnya berarti mereka telah menanam bibit baru untuk kehidupan selanjutnya, karena warisan berkah yang dapat dibawa hingga kehidupan selanjutnya hanyalah perbuatan amalnya.

Kita mengucapkan rasa syukur atas petunjuk Bunda Mulia yang mengajar kita untuk memahami arti sesungguhnya akan keiklasan dalam persembahan tanpa menimbulkan keterikatan ataupun penghalang baru.

Semua umat telah mengetahui bahwa dalam memberikan persembahan kita haruslah iklas dan tanpa pamrih. Tetapi dalam melaksanakan dan memahami yang sebenar-benarnya sangatlah sulit. Dimana tanpa di disadari kadang kala dapat menimbulkan keterikatan dan halangan yang tersembunyi.
Namo Uci Yauw Ce Cin Mu Ta Thien Cun —


Tidak ada komentar:

Posting Komentar